Drama ini biasa dilakukan oleh siswa kelas XI dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya bimbingan dari Pak Didik. Tentunya drama ini dilakukan dengan proses latihan yang cukup lama, terutama pada analisis tokoh-tokoh yang ada di cerita, supaya dapat memahami betul karakter atau sifat yang dimiliki oleh tokoh itu.
Saking mendalami tokoh tersebut, mereka (yang di atas ini) rela memakai kostum ala perempuan pantai (sesuai dengan konteks drama). Mereka yang di atas adalah teman-teman yang memerankan Paijah.
Bahkan yang memerankan tokoh Utai (orang setengah pandir), rela berdandan dan berperilaku layaknya orang gila beneran.
Setelah selesai dengan penilaian drama, maka setiap kelompok diwajibkan untuk berimprovisasi. Yaitu membuat cerita baru yang karakternya adalah karakter yang mereka mainkan.
BTW, drama ini tidak dilakukan di dalam kelas, melainkan di ruang koran. Ketika sampai di penilaian akhir, kelas akan melakukan uji publik. Suatu kegiatan drama secara spontan dengan tujuan menarik perhatian audience yang melewatinya. Tentunya tidak akan mudah bagi teman-teman yang mengalami demam panggung.
Anak de Britto mempunyai semboyan "tidak takut, tidak malu, tidak malas", dan melalui drama ini, siswa de Britto berlatih untuk "tidak malu". Dan tentunya sebagai perwujudan kebebesan di de Britto, yakni kebebasan dalam berekspresi.
AMDG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar